Goldman Sachs Prediksi Harga Emas Sentuh US$ 3.100 di Akhir 2025
Selasa, 18 Februari 2025 17:45

Suara Pembaca, Jakarta - Goldman Sachs memperbarui proyeksi harga emas untuk akhir tahun 2025, menaikkan targetnya menjadi US$ 3.100 per ons atau sekitar Rp 50,28 juta (dengan asumsi kurs Rp 16.220 per dolar AS). Perkiraan baru ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yang berada di angka US$ 2.890 per ons atau sekitar Rp 46,87 juta. Kenaikan ini didorong oleh permintaan yang terus berlanjut dari bank sentral.
Melansir Reuters, Goldman Sachs memperkirakan bahwa permintaan emas dari bank sentral yang lebih kuat secara struktural akan mendorong harga naik hingga 9% pada akhir tahun. Selain itu, kepemilikan emas dalam bentuk Exchange-Traded Fund (ETF) juga diprediksi meningkat seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga.
Faktor Ketidakpastian Bisa Mendorong Harga Lebih Tinggi
Analis Goldman Sachs menilai bahwa meskipun posisi investor dapat mengalami normalisasi jika ketidakpastian mereda, faktor-faktor eksternal seperti kebijakan perdagangan dan potensi perubahan tarif masih berpeluang meningkatkan harga emas. Jika ketidakpastian tersebut tetap tinggi, harga emas berpotensi melesat hingga US$ 3.300 per ons atau sekitar Rp 53,52 juta di penghujung tahun akibat spekulasi yang terus berlangsung.
Lebih lanjut, bank investasi asal AS itu juga merevisi estimasi permintaan bank sentral menjadi 50 ton per bulan, lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yang hanya 41 ton. Bahkan, jika angka pembelian mencapai rata-rata 70 ton per bulan, harga emas bisa menembus US$ 3.200 per ons sebelum akhir 2025, dengan asumsi kondisi pasar spekulatif kembali stabil.
Namun, jika Federal Reserve (The Fed) mempertahankan kebijakan suku bunga saat ini tanpa pemangkasan lebih lanjut, Goldman Sachs memperkirakan harga emas akan berada di kisaran US$ 3.060 per ons. Bank tersebut menegaskan bahwa dinamika pasar emas ke depan akan sangat bergantung pada arah kebijakan moneter global.
Emas Tetap Jadi Aset Lindung Nilai
Goldman Sachs kembali menegaskan rekomendasi "Go for Gold", menunjukkan bahwa meskipun terdapat kemungkinan koreksi harga akibat penurunan ketidakpastian, emas tetap menjadi aset lindung nilai yang kuat. Faktor-faktor seperti ketegangan perdagangan, kebijakan The Fed yang cenderung subordinatif, serta ancaman krisis keuangan atau resesi global, dipandang sebagai elemen yang dapat mendorong harga emas ke level tertinggi.
Selain itu, bank investasi tersebut juga menyoroti potensi lonjakan harga jika kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal Amerika Serikat semakin meningkat. Dalam skenario ini, harga emas bisa naik tambahan 5% hingga mencapai US$ 3.250 per ons pada Desember 2025.
Permintaan yang terus bertumbuh dari bank sentral, inflasi yang tinggi, serta kekhawatiran atas keberlanjutan utang AS diperkirakan akan menjadi faktor utama yang menopang kenaikan harga emas ke depan. Kombinasi antara spekulasi pasar dan aliran dana ke ETF emas juga dapat memperkuat momentum bullish bagi logam mulia ini.